Kapan sebenarnya usia tepat balita bisa berpuasa? Perkembangan setiap anak berbeda dan unik, jadi tak ada patokan usia tepat mengajarkan balita berpuasa. Yang dapat Anda lakukan adalah mengenalkannya ritual dan ibadah puasa sedini mungkin.
Fase kongkrit. Balita
1-3 tahun berada di fase konkret-operasional, baru dapat memahami
segala yang berwujud, kongkrit, dapat dilihat, dipegang dan dirasakan.
Sehingga, mereka belum paham arti puasa, tujuan dari puasa, dan
konsekuensi dari berpuasa. Baru di usia 3 - 5 tahun,
balita mulai memahami puasa artinya tidak makan
dan tidak minum. Demikian pula, di bulan puasa, ada beberapa ritual
ibadah yang dilakukan bersama-sama, seperti sholat Tarawih berjamaah di
mesjid, mengikuti ceramah menjelang buka puasa, buka puasa bersama,
sahur dan lain-lain. Tidak perlu gusar, jika
balita terus-menerus bertanya, meskipun sudah dijelaskan berkali-kali. Karena memang itulah tahapan perkembangan kognitif balita.
Mengajarkan puasa. Berdasarkan pada perkembangan pemahaman dan kognitif itulah orang tua perlu mengajarkan puasa. Tak perlu memaksakan
balita paham bahwa sahur hanya dilakukan pada dini hari dan bukan siang hari sesukanya. Biasanya, di usia prasekolah,
balita
mulai lebih memahami puasa dan mulai dapat dibiasakan berpuasa. Tentu
sesuai kemampuan anak. Yang harus diingat, ciptakan suasana menyenangkan
saat anak baru pertama kali belajar berpuasa. Agar anak merekam
pengalaman positif ibadah puasa. Sehingga Anda akan lebih mudah
memotivasinya berpuasa di tahun depan, termasuk juga melakukan
ibadah-ibadah lainnya.
- Lakukan bertahap. Anda dapat mengajarkan balita berpuasa 3 - 4 jam. Lalu ketika Anda merasa balita cukup kuat berpuasa hingga pukul 10.00, perpanjang secara bertahap hingga pukul 12.00. Lakukan ini di tahun pertama puasanya.
- Di tahun kedua, Anda bisa mencoba mengajarkan balita
berpuasa sehari penuh. Ini pun harus dilakukan perlahan. Jika di tengah
hari, ia tampak rewel dan tidak kuat, Anda bisa memberikannya makanan
kecil, kemudian puasa bisa dilanjutkan kembali sampai sore.
Lama-kelamaan balita akan lebih kuat dan akhirnya bisa berpuasa sehari penuh.
- Hargai usahanya. Seringkali balita
mengatakan ia ingin berpuasa sehari penuh, tapi ternyata ia makan di
siang hari. Jangan patahkan semangatnya dan mengejek 'kekalahannya'.
Tetap hargai usahanya untuk berpuasa, sambil terus dibimbing untuk
melakukan puasa yang benar.
- Reward. Jika perlu, Anda bisa memberikannya 'hadiah' menu buka puasa favorit balita
jika ia mampu berpuasa sesuai target. Hal ini bisa memacu semangatnya
untuk berpuasa. Seiring berjalannya usia, Anda bisa menanamkan makna dan
tujuan puasa yang sesungguhnya pada balita. Hal penting yang juga harus
dilakukan orang tua adalah memberi contoh.
- Teladan yang menggugah semangat. Hindari
menunjukkan 'penderitaan' dan rasa lemas Anda ketika berpuasa.
Sebaliknya, tunjukkan bahwa puasa itu menyenangkan dan tidak mengeluh.
Tetap jalani aktivitas Anda seperti biasa, agar balita juga termotivasi untuk tidak bermalas-malasan dan tetap semangat ketika berpuasa.
- Pantau kesehatannya. Terutama jika ini adalah tahun pertama atau tahun kedua balita
berpuasa, pantau terus kesehatannya. Kondisi fisik tiap anak
berbeda-beda. Walaupun mungkin anak-anak lain seusianya sudah kuat
berpuasa sehari penuh, belum tentu itu berlaku pada anak lainnya. Jika balita
tampak sakit atau tidak kuat, jangan paksakan. Biarkan ia makan cukup,
dan apabila ia kuat untuk melanjutkan puasa, perbolehkan ia puasa, jika
tidak, tak perlu paksakan.
Salah satu kesenangan
balita ketika berpuasa adalah saat-saat berbuka bersama ayah, bunda, dan keluarganya. Di saat-saat seperti ini, Anda bisa mengajarkan
balita
sedikit demi sedikit tentang makna puasa, dan indahnya kebersamaan
setelah berpuasa sehari penuh. Tentu rekaman baik terhadap suasana bulan
Puasa di rumah akan mendorongnya berpuasa dengan lebih baik di tahun
depan.